Thursday, July 18, 2013

PRAHARA digumi sasak bagian.3

Kesalahpahaman dan Insiden Penyabukan.

Beberapa hari setelah meletusnya perang Anak Agung mendapatkan tambahan pasukan dari Mataram. Posisi Praya mulai terdesak. Tuan Serip bersama beberapa keluarga Praya berkeliling ke desa-desa Soroh Timuq untuk mengkonsolidasikan pasukan dari desa-esa yang telah sepakat mendukung Praya. Diriwayatkan bahwa pada suatu malam, Guru Alim kedatangan dua orang tamu dari keluarga Praya dalam rangka membicarakan situasi dan strategi perang. Keesokan harinya pagi-pagi benar keduanya melanjutkan perjalanan ke Jerowaru. Disuatu tempat di pesawahan penyabukan mereka bertemu dengan beberapa penyanggre yang bertugas memintai keterangan orang-orang asing yang memasuki wilayah Jerowaru. Sebagai upaya pengamanan Pada waktu itu telah disepakati awig-awig yang menentukan bahwa setiap orang asing yang memasuki Jerowaru harus dilucuti senjatanya. Ketika kedua orang tamu dari Praya tersebut akan dilucuti senjatanya, mereka menolak karena itu senjata pusaka. Senjata itu berupa sebelah keris pusaka ingkel paksi, ganje iras, luk dungkul, pamor sure. Selain itu mereka juga merasa tidak menjadi musuh Jerowaru. Tetapi karena keduanya tidak dapat menujukkan bukti tertulis dari Guru Alim atau pengiring yang menjamin keselamatan mereka, para penyanggre bersikeras melucutinya. Kesalahpahaman tersebut berakhir dengan pertarungan.
Dalam pertarungan tersebut beberapa penyanggre terbunuh. Segera tersiar kabar bahwa musuh telah sampai di penyabukan dan telah berhasil membunuh para penyanggre. Dengan tulup pusaka dari pengampong, Amaq Jap pemimpin Lepok berhasil mebunuh kedua tamu yang mengamuk tersebut.
Berita tentang peristiwa tersebut membuat Guru Alim menjadi sangat prihatin. Beberapa utusan segera dikirim ke Praya untuk menyampaikan berita duka. Karena situasi perang yang tak menentu para utusan tidak berkesempatan menjelaskan rincian kejadian tersebut. Dari sebagian kalangan keluarga Praya terdengar isu seolah-olah Guru Alimlah yang memerintahkan pembunuhan tersebut. (Ket. Alm. TGH. L. Faisal Praya sebagai ahli waris, seperti yang diceritakan Am. Maroan dari Penendem saat klarifikasi permasalahan dengan keluarga Praya pada tahun 2003 di Praya). Kedua tamu tersebut kemudian dimakamkan di pekuburan Kuang.

No comments:

Post a Comment