Wednesday, July 31, 2013

DULANG PENGANCANG


"Dulang pengancang"

Orang Sasak dulu hanya Melaksanakan Tradisi dan Prosesi2 Ritual Adat -Juga yg terlihat pada Peristiwa2 Budaya, secara Turun temurun di Laksanakan berjalan begitu saja...

Mereka meyakini Bahwa ada 3 hal yg terpenting ddlm nya:
1. Parhyangan > melakukan Fuji Sembah dlm Wujud semedi//merenung , dan Jauuh pada kedalaman Nurani nya mereka Yakin adanya Sang Pencipta ,Yaitu Hyang Maha Tunggal ,shgg begitu banyak Simbol2 dan Sastra dlm geguritan nya yg mengarah pd Makna ketinggian dZat yg maha Qodim,

lalu jk ada yg bertanya ttg itu mk mereka menjawab nya dgn nama “De side Neneq Kaji saq Kuwase” (Tuhan )…

2. Palemahan > Menjalin Hubungan dengan Alam—dgn tdk merusaknya –setiap Pepohonan ,sumber2 Mata Air ,-Hutan –Laut dll mrk Jaga dgn Baik(Keseimbangan alam)

3. Pawongan > berinteraksi dengan Sesama dlm menjaga Sikap masing2 .Yaitu Sopan dlm Tindak dan Santun dalam berWacana…kerjasama –tdk saling menyakiti dll .

Namun dengan Demikian melahirkan Manusia2 yg Tindih –memegang Maliq nya
Tahu Cara menghargai Diri –menghargai orang Lain –dan memahami “Usul” utk mengetahui “Asal” nya sehingga Tahu Jalan Pulang nya Nanti . ..
Bahkan para Lingsir terdahulu ,Hari kematian nyapun sudah di persiapkan nya
Kebeningan Nurani & keTajaman Jiwa Jiwa mrk selalu imbang dgn Proses Alam

>>ParHYANGan =asal kata Hyang yaitu Tuhan –orang Sasak memang berTuhan
>>PaLEMAHan =asal kata Lemah//Tanah//Bumi –memBUMIkan
>>PaWONGan=asal kata Wong//Manusia –meMANUSIAkan Manusia mnjd Manusia Jati

Kita kita Generasi sekarang tentu mengatakan Nenek Moyang kita Orang –Orang Bodoh
Bahkan tentu para pembawa Syi’ar kekinian akan mengatakan mrk Orang-Orang tidak beragama
Penyembah Berhala-yg Syirik//masih Kafir –Sesat dll

Lalu kita di perkenal PiQh dgn Sistem harus seragam dgn Negara Timur tengah
Maka mulailah secara perlahan2 semua Simbol Tradsi Ritual2 Adat Budaya Sasak itu seakan akan melambaikan Tangan berlalu begitu saja-bersamaan pula dengan terkikisnya TITI TATE TINDAK TANDUK TERTIP TAFSILE wahyat JATMIKE…(Akhlakul Karimah)

Akhirnya semua sikap yg Adiluhung pun tinggallah hanya pd Cerita2 yg tentu malah Tabu kita mendengar nya ,karna kita malu akan di Klaim Ummat Manusia keturunan Tau Bode Kafir –Waktu telu dll (Jahiliyah )…

Setelah kita meninggal kan Faham Nenek Moyang kita yg Bode Kafir –Waktu Telu ,maka Sadar atau tidak Sadar kita sedang menganut Peninggalan Kaum Nenek Moyang Arab masa Lalu juga

Dokterin telah Membuat kita memiliki image bahwa seolah olah Tuhan itu adalah Orang Arab
Sesungguh nya Allah swt itu tdk bersuku-& Berbangsa …Tapi
DIA lah yg memiliki segala Suku & Bangsa pd 7 petala langit dan 7 petala Bumi ini
Dia tidak Beragama, Tapi DIA lah yg memiliki sgl Agama-Agama

Pranata Lokal dan Aturan2 Laku Nenek Moyang Bangsa Kita yg menurut PiQh dari Arab ,tentu akan mengatakan bahwa kt keturunan Bodoh Kafir-Sesat , dan..Syirik.
Tapi mengajarkan Sikap-Sikap Utama …pd keHIDUPan ini

Pertanyaan nya Bukan semata masalah Pahala- Dosa -sorga Neraka...Tapi
Benar kah kita sedang menuju KeJayaan Islam …?
Ataukah kita malah sedang memuluskan Program2 ideologi Politik Zionis- anti Islam
Nau’zubillah…

Akhirul Kalam…Pengakuan Saya ?
Bahwa pd Saat NAHDLATUL U’LAMA & MUHAMMADYAH berjaya kemarin pd Bangsa ini
Dan tdk ada Ormas2 Agama Islam yg Lain nya…
Islam itu nampak lah Sejuk –Damai –Lebih Memasyarakat -Pengayom semua keberagaman

Indah nya “Islam Rohmatallil A’lami
n---------

KIDUNG DAN MAKNA HURUF HANACARAKA


Gung Ampura Dewi Hemas
Ratu gumi makam sejati
Penghulu alam hakekat
Pengerakse pasek gumi
kasih ulama lan perwali
Buaq penginang tunjung tutur
Sesanti jimat leq awak
Deneq Bini, Dewi Anjani
Muge mugi, kaji luput dose salaq

Matur sembah tiyang parek
Leq arepan Dende Putri
Kaji purun matur pewikan
Dese dasan panas linting
Tanaq empak tais gering
Tan kuase tulung batur
Lare ate gering awak
Saling antih silang kelit
Saling kaken, mete irup mesaq-mesaq

Duh Dende Punggulang Jagat
Deneq Bini Dewi Anjani
Tiyang ngantos Jengandike
Kayun pulih kodal manik
Mentre gune, jimat sakti
Jari medo sakit bayu
Ican tumpu gering sukma
Panjak pirak lan Datu Mukti
Pulih sabar, saling asih tulus ihlas.

Pinasti Dewi Dekaji wikan
Datu Lombok Tuan Haji
Kiyai Guru Anom Tatas
Sugih suke bagie urip
Takdir Gusti mule pasti
Kican ilmu saking guru
Laguq nasib tan kenang obah
Kuase datu amung senyari
Apan baye, bau jari gantoq awak

Ratu Dewi Giri Daka
Tunas paica karing sekali
Pitutur mentere sejagat
Pinaq Datu jari pengelingsir
Rakse budaye pulih pikir
Yadian ulama ngadek ratu
Sangne bau jari pengajah
Durus tunggak mantuk kuri
Salam sembah, tunas ice pitulungan

(Kidung Lokaq Kembang Dje)
sumber :Pembasak.lombok

Huruf MAKNA HANACARAKA...........

HURUF
Ha
Hana hurip wening suci - adanya
hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci

... Na
Nur candra,gaib candra,warsitaning
candara-pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi

Ca
Cipta wening, cipta mandulu, cipta
dadi-satu arah dan tujuan pada Yang
Maha Tunggal

Ra
Rasaingsun handulusih - rasa
cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani

Ka
Karsaningsun memayuhayuning bawana
-
hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam

Da
Dumadining dzat kang tanpa
winangenan - menerima hidup apa adanya

Ta
Tatas, tutus, titis, titi lan
wibawa - mendasar ,totalitas,satu visi, ketelitian dalam
memandang hidup

Sa
Sifat ingsun handulu sifatullah-
membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan

Wa
Wujud hana tan kena kinira - ilmu
manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas

La
Lir handaya paseban jati
-
mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi

Pa
Papan kang tanpa kiblat
-
Hakekat Allah yang ada disegala arah

Dha
Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk
bisa diatas tentu dimulai dari dasar

Ja
Jumbuhing kawula lan Gusti -selalu
berusaha menyatu -memahami kehendak Nya

Ya
Yakin marang samubarang tumindak
kang dumadi - yakin atas titah /kodrat Illahi

Nya
Nyata tanpa mata, ngerti tanpa
diuruki - memahami kodrat kehidupan

Ma
Madep mantep manembah mring Ilahi
-
yakin - mantap dalam menyembah Ilahi
Ga
Guru sejati sing muruki
-
belajar pada guru nurani

Ba
Bayu sejati kang andalani
-
menyelaraskan diri pada gerak alam Tha
Tukul saka niat - sesuatu
harus dimulai - tumbuh dari niatan

Nga
Ngracut busananing manungso
-
melepaskan egoisme pribadi -manusia

Saturday, July 20, 2013

Menyibak kebesaran gumi seleparang bag 2

Cakranegara yang kini salah satu pusat perniagaan di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, pernah bikin cerita penting bagi Indonesia. Ekspedisi militer Belanda menggempur habis-habisan puri atau istana di Cakranegara, mengakibatkan kediaman Raja Karangasem yang penguasa wilayah Lombok, luluh lantak.

Sehari sebelum Cakranegara jatuh dalam kekuasaan Belanda, menurut telusur pustaka, pada 19 November 1894, dilaporkan sebuah temuan naskah sastra, yang ditulis di lembaran daun lontar di antara puing-puing reruntuhan itu.

Cakep (ikatan) daun til atau lontar itu adalah naskah Nagarakretagama karya Mpu Prapanca, seorang pujangga Jawa abad ke-14 M. Sewindu kemudian, naskah berbahasa Jawa Kuno diterbitkan dalam huruf Bali dan Bahasa Belanda oleh Dr JLA Brandes (1902), namun hanya sebagian. Disusul upaya penerjemahan oleh Dr JHC Kern tahun 1905-1914, dilengkapi dengan komentar-komentarnya

Baru pada tahun 1919, Dr NJ Krom menerbitkan utuh isi lontar Nagarakretagama. Krom juga melengkapinya dengan catatan historis. Naskah Nagarakretagama ini akhirnya diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Prof Dr Slametmulyana dan disertai tafsir sejarahnya. Menyusul kemudian, Dr Th Pigeud yang menerjemahkan Nagarakretagama ke dalam Bahasa Inggris.

Seperti diketahui kemudian, Nagarakretagama pernah disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden Belanda dengan nomor koleksi 5023. Pemerintah Belanda mengembalikannya ke Pemerintah Indonesia di masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kini naskah itu menjadi koleksi unggulan Perpustakaan Nasional di Jakarta. Nagarakretagama, antara lain, berisi rekaman sejarah kejayaan Kerajaan Majapahit, perjalanan Hayam Wuruk, Raja Majapahit, serta kondisi sosial, politik, keagamaan, pemerintahan, kebudayaan, dan adat istiadat. Semua itu dikumpulkan dan digubah menjadi sebuah karya sastra oleh Mpu Prapanca, saat mengunjungi daerah-daerah kekuasaan kerajaan itu di Nusantara.

Panca awit pinajaran sasak.

Panca awit pinajaran sasak adalah lima dasar yang memberikan pembelajaran dan tuntunan kepada orang sasak,bagaimana orang sasak itu berbudaya dan beradat-istiadat didalam menjalankan hidup dan kehidupan sebagai mahluk yang bertuhan,bertradisi dan beragama.
Panca awit pinajaran sasak juga sekaligus sebagai alat kontrol,pedoman bagi orang sasak dalam hidup berbudya dan beradat istiadat,didalamnya terkandung nilai-nilai luhur kearifan lokal yang diwarisi turun temurun.

Dalam perjalanan sejarah peradaban sasak,panca awit pinajaran sasak pada abad ke -12 sampai abad ke-16 pernah membawa orang sasak ketingkat peradaban yang sejajar dengan komunitas/bangsa lain didunia.
Keberadaan peradaban sasak mulai suram sejak masuknya penjajah di pulau lombok.
selama penjajah menguasai sasak,panca awit pinajaran sasak tidak boleh diajarkan/diamalkan kepada seluruh bangsa sasak,kalaupun boleh itu sangat menyakitkan,karena harus menjadi kaki tangan penjajah,yang mengakibatkan orang sasak dijaman sekarang ini tidak berkarakter,selalu dalam kebingungan,cepat terpengaruh,kurang percaya diri,cendrung menjadi pengekor,rendah diri dihadapan bangsa-bangsa dan komunitas lain.

Hilangnya karakteristik ke-sasak-an,bukan saja terjadi pada masyarakat awam,juga sudah merambah kepada pelaku-pelaku budayanya,tokoh-tokoh agama,tokoh-tokoh masyarakat dan kaum intelektual sasak-pin yang ada dilembaga-lembaga pemerintahan.secara sadar dan tidak perlu diakui,karakteristik sasaknya sudah hampir punah.
mencermati keadaan itu,norma -norma adiluhung yang ada di panca awit pinajaran sasak harus kembali disosialisasikan,diajarkan,mendudukkan kembali budaya,agama dan adat istiadat sasak pada makna dan proporsi yang sebenarnya.

Dengan penghayatan dan pengamalan kembali secara benar dari nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung didalam Panca Awit Pinajaran Sasak,diharapkan karakter dan jati diri orang  sasak bangkit kembali,bangkit kembali,sehingga mampu bersaing mengejar ketertinggalannya,menjadi komunitas yang berbudaya,berperadaban besar sejajar dengan komunitas bangsa-bangsa lain diindonesia dan dunia.

Panca awit pinajaran sasak adalah dasar negara yang dimiliki oleh kedatuan seleparang pada jamannya,didalamnya mengandung makna norma-norma kehidupan yang nilainya sangat universal.Panca awit pinajaran sasak inilah yang menginspirasi Bung Karno melahirkan dasar negara Republik Indonesia,yang sekarang kita kenal dengan PANCASILA.
Panca Awit Pinajaran sasak bukan aturan yang mengatur system pemerintahan,melainkan falsafahnya kehidupan komunitas sasak,system pemerintahan saat itu diatur oleh undang-undang dasar tersendiri yang disebut KOTARAGAMA,KOTARA artinya Wilayah dan GAMA artinya ATURAN.

Kedatuan seleparang pada zamannya merupakan satu-satunya kedatuan dinusantara waktu itu yang telah memiliki Dasar negara yaitu Panca Awit Pinajaran Sasak dan satu-satunya kedatuan yang telah memiliki UUD yang disebut KOTARAGAMA.
Hal inilah yang menarik perhatian kerajaan majapahit mengirim EMPU PRAPANCA dan panglima angkatan lautnya EMPU NALA datang ke kedatuan seleparang lombok.
kedatangan kedua pembesar Majapahit ini menghasilkan suatu kesepakatan yang dikenal dengan nama "PERJANJIAN BENCINGAH PUNAN "

Adapun isinya perjanjian Bencingah punan :
1.Antara majapahit dan Kedatuan seleparang akan melakukan pertukaran cendikiawan
2.Antara majapahit dan kedatuan seleparang akan saling bantu membantu dalam membangun dan menjaga keamanan kedaulatannya masing-masing.
3.Antara kerajaan majapahit dan kedatuan seleparang akan saling kunjung mengunjungi disetiap acara kenegaraan.

Penjelasan sesungguhnya cukup panjang untuk dipahami,Panca Awit Pinajaran Sasak secara utuh mengingat 5 subtansi yang terkandung didalamnya merupakan satu kesatuan.kali ini akan dicoba menjelaskan satu subtansi saja secara singkat,yaitu tentang palsafah ketuhanan orang sasak pada pokonya sbb :

A1. Tuhan bagi orang sasak,adalah satu-satunya zat yang maha kuasa atas diri dan alam semesta ini,kepadanya orang sasak berserah diri sepenuhnya.
A2. Keyakinan tentang adanya  tuhan bagi orang sasak merupakan hal yang sangat mendasar atau subtansial.
A3. Kepatuhan/ketaatan orang sasak terhadap tuhan,tercermin dalam berbagai aspek kehidupan,baik dalam budayanya maupun dalam adat istiadat.
A4. Betapa tinggi penghayatan dan cintanya orang sasak kepada tuhan tercermin pada penamaan berbagai tempat-tempat yang monumental,seperti gunung-gunung,arsitektur bangunan,pakaian dan sebagainya  diberi nama-nama dan simbol-simbol tentang adanya tuhan yang maha esa.
A5. Pengenalan dan penghayatan akan adanya tuhan pada orang sasak tidak semata-mata karena masuknya suatu agama,orang sasak telah menghayati adanya tuhan yang maha esa sebagai aqidahnya jauh sebelum agama-agama masuk ke pulau lombok.
A6. Sebelum agama masuk ke pulau lombok,orang sasak sudah menyebut tuhan yang maha esa (bahasa sasak lombok,NENEQ KAJI SAQ KUASE ).
A7. Dalam sejarahnya,orang sasak dikenal sebagai salah satu komonitas yang memiliki peradaban monotisme tua didunia.
A8. Penghayatan yang dalam akan norma-norma ketuhanan ini telah menjadi salah satu unsur atau anasir karakter orang sasak,mewarnai hidup dan kehidupannya dalam berbudaya dan beradat istiadat.

Demikian sedikit penjelasan tentang Panca Awit Pinajaran Sasak, dimana kedatuan yang berada di pulau yang sangat kecil yg disebut lombok menyimpan sejuta rahasia peradaban yang  sangat besar.harapan kami janganlah berkecil hati menjadi orang sasak.karena sebenarnya orang sasak itu besar karena disegani kerajaan yang besar.

Bersambung.....................

Menyibak kebesaran gumi seleparang bag 1

Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Sesuai dengan namanya, provinsi ini meliputi bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Dua pulau terbesar di provinsi ini adalah Lombok yang terletak di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Ibu kota provinsi ini adalah Kota Mataram yang berada di Pulau Lombok.Sebagian besar dari penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, sementara suku Bima dan Sumbawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa. Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam (96%)


Berlatar belakang perisai sebagai gambaran jiwa pahlawan, lambang Nusa Tenggara Barat terdiri dari 6 unsur, yakni: bintang, kapas dan padi, menjangan gunung dan kubah.
  • Bintang melambangkan 5 sila dari Pancasila, kapas dan padi selain melambangkan kemakmuran juga melambangkan tanggal terbentuknya provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu 14 Agustus 1958.
  • Hari tersebut dengan diungkapkan secara simbolik dengan jumlah kuntum dan untaian padi 58.
  • Rantai terdiri dari 4 berbentuk bulat dan 5 berbentuk segi empat, melambangkan tahun 45 (1945) sebagai tahun kemerdekaan RI.
  • Menjangan merupakan salah satu satwa yang banyak berada di Pulau Sumbawa.
  • Gunung yang berasap melukiskan kemegahan gunung Rinjani sebagai gunung tertinggi di Lombok.
  • Kubah melambangkan ketaatan beragama masyarakat provinsi Nusa Tenggara Barat.

    Catatan sejarah kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui ekspedisi di bawah Mpu Nala pada tahun 1343 sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.
    Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok dalam perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi wilayah yang merdeka setelah kerajaan Majapahit runtuh.
    Di antara kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah Kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Palembang, Banten, Gresik dan Sulawesi dan mempunyai senjata bernama SINDU.

    Pada massa kedatuan seleparang,sekitar abad ke Xlll pernah tidak mempunyai pemimpin atau datu,pada saat itu putra kerajaan dianggap tidak memenuhi syarat untuk memimpin kerajaan,sehingga harus dicari penggantinya,karena kekosongan pemimpin/raja/datu sangat membahayakan keselamatan kerajaan serta sangat rentan dari serangan lawan.

    Di pulau lombok sendiri tidak dijumpai orang yang pantas untuk didaulat menjadi pemimpin/datu.
    setelah berbagai cara dilakukan,akhirnya dijumpailah sosok yang dianggap memenuhi syarat sebagai datu,yakni di SIREN pulau sumbawa bagian barat (waktu itu sumbawa bagian barat masuk wilayah kekuasaan seleparang)maka orang itulah yang diangkat/didaulat sebagai dattu seleparang dengan gelar DATU SIREN.

    Seseorang didaulat menjadi Raja/datu,disebabkan komunitasnya percaya bahwa datu itu dapat memegang amanah.syarat seseorang menjadi datu minimal punya kriteria diantaranya :Berilmu,dermawan dan bisa menjadi contoh tauladan bagi masyarakat.
    Lain halnya dengan seorang raja,kekuasaannya bisa diwarisi atau bersifat turun temurun,tidak peduli apakah anaknya/trahnya orang yang bodoh atau jahat.
    lain halnya dengan kedatuan dikomunitas sasak,tidak selamanya putra datu menjadi datu kalau tidak memenuhi syarat seperti yang dimaksud diatas,bisa saja sebagai pengganti/datu dari orang lain..!!

    Itulah sebagian uraian dari nilai-nilai norma kerajaan/kedatuan merupakan keareifan lokal yang dimiliki komunitas sasak lombok.tidak memandang trah atau kasta.apalah artinya trah kepada orang yang tidak berilmu,sebaliknya siapapun orangnya yang memiliki ilmu,bisa menjadi tauladan,bersipat dermawan itulah sebenarnya BANGSAWAN.
    Bagsawankah anda ? Anda sendirilah yang lebih tau dan oranglah yang mengetahui,kapan gelar bangsawan itu didapati !

Thursday, July 18, 2013

PRAHARA Digumi sasak bagian .6

Sebelas Tahun di Pembuangan.

Pada saat ketiganya diasingkan perlawanan rakyat Aceh menentang penjajahan Belanda semakin bergolak. Ini ditandai dengan berbaliknya Teuku Umar menyerang Belanda pada tahun 1896. Pemerintah Belanda menerapkan strategi baru dalam menumpas perlawanan rakyat Aceh sampai ke akar akarnya. Pemerintah Kompeni Belanda mengambil kebijakan mempergunakan para tawanan yang dianggap mumpuni untuk menghadapi perlawanan rakyat Aceh yang terkenal militan. Guru Alim, Guru Kalimin dan Mamiq Ormat kemudian dikirim ke Aceh bersama para tawanan lainnya. Di Aceh, mereka dihadapkan dengan pasukan Aceh yang diketahui sesama Muslim. Berdasarkan kesepakatan, ketiganya membatasi diri hanya ikut ke garis depan, dan tidak ikut melakukan penyerangan, tapi hanya menghindar. Berbagai upaya mereka lakukan untuk menghindari kontak langsung dengan pasukan Aceh. Guru Alim sendiri, karena usianya yang paling tua diantara ketiganya, lebih banyak menyamar menjdi tukang pijit pasukan Belanda. Sedangkan Mamiq Ormat, karena usianya paling muda, lebih banyak dipengaruhi oleh darah mudanya. Konon setelah mengetahui bahwa lawannya adalah sesama Muslim, Mamiq ormat ikut bersama pejuang Aceh berbalik menyerang pasukan Belanda. Beliau akhirnya tewas tertembak pasukan Belanda dan dikuburkan di Aceh. Beliau dikenang dengan sebutan Pemban Ilang Aceh. Sepeninggal Mamiq Ormat, Guru Alim dan Guru Kalimah mengikrarkan diri sebagai saudara dunia-akhirat serta menyatakan kesediaannya untuk hidup mati bersama-sama.
Setelah menghabiskan tujuh tahun (1896-1903) di belantara Aceh bersama Pasukan Belanda, Guru Alim bersama Guru Alkalimin dipindahkan mengikuti pasukan Belanda ke Madura, di lokasi kerja paksa pembuatan tambak garam selama 4 tahun (1903 – 1907) Baru pada tahun 1907 keduanya dikembalikan ke Batavia dan pada tahun yang sama dipulangkan ke Lombok setelah Guru Alim berhasil membunuh lipan raksasa disebuah gua di pegunungan Jawa Barat.
Selama sebelas tahun Guru Alim dan Guru Kalimin dalam pengasingan, di wilayah Jerowaru terjadi berbagai perubahan. Wilayah desa Jerowaru semakin menyempit, Perbatasan dengan distrik Sakra di sebelah utara yang semula sampai perbatasan Montong Galeng dan Montong Tengari bergeser ke selatan hanya sampai Mendana. Hal tersebut disebabkan karena Kepala Desa Jerowaru menjual sebagian wilayah tersebut kepada distrik Sakra. Selain itu tanah pusaka Guru Alim yang membentang dari Jerowaru sampai Rereq diambil alih dan dikuasai oleh Kepala Desa Jerowaru, hal mana tak dapat dilakukan semasih Guru Alim berada di Jerowaru.
Selama keduanya dalam pengasingan, pihak keluarga telah beranggapan bahwa keduanya sudah tewas karena selama itu tak pernah ada kabar berita. Sementara itu Penendem sendiri telah berubah drastis. Kehadiran TGH. Ali Akbar telah menjadikan Penendem sebagai pusat ilmu di wilayah Jerowaru dan sekitarnya. Masyarakat dari berbagai penjuru Lombok seperti Praya, Darmaji, Langko, dan wilayah sekitar Jerowaru datang berguru kepada beliau.
Berdasarkan pengalaman semasih diasingkan di Madura, Guru Alim dan Guru Alkalimin memprakarsai pembuatan tambak garam pertama di pantai selatan. Pembuatan tambak Garam tersebut mendapat dukungan penuh dari TGH. Ali Akbar. Ketiganya tercatat sebagai pemilik pertama tambak garam yang sampai sekarang terkenal dengan nama Parak Penendem. Pada Klasir tahun 1942, Amaq Sitirah sebagai ahli waris Guru Alim menyerahkan sepenuhnya kepemilikan tambak tersebut kepada TGH. Mutawalli selaku ahli waris Guru Alkalimin.

PRAHARA Digumi sasak bagian.5

Insiden Tompoq-ompoq dan Penangkapan oleh Belanda.

Dari hari kehari Makam Tompoq-ompoq menjadi semakin ramai. Para Pemuda dari berbagai kampung sekitar Jerowaru berdatangan untuk ditempa dengan berbagai ilmu. Salah satunya adalah ilmu yang diajarkan Tuan Sayid Abdullah Al-Kadri yang belakangan dikenal dengan Ilmu Tuan Sayyid atau Ilmu Raja Besi. Konon saat itu pemuda yang ditempa dengan ilmu tersebut sebanyak 40 orang. Menurut riwayat, tanda bahwa ilmu tersebut telah sempurna adalah dengan terlihatnya cahaya oleh si penuntut. Pada suatu kesempatan, seorang pemuda menyatakan telah dapat melihat kilasan sinar dimaksud yang ternyata sebenarnya adalah pantulan sinar bulan karena saat itu malam purnama. Dia meminta temannya agar dites ketangguhannya dengan senjata tajam. Akibatnya sudah dapat dipastikan. Setelah ditebas, pemuda tersebut terluka parah dan akhirnya tewas.
Berita tentang kematian peserta padepokan Tompoq-ompoq sampai kepada Kepala Desa Jerowaru yang telah lama mengamati perkembangannya secara diam-diam. Peristiwa itu kemudian dilaporkan kepada pihak Belanda. Menurut laporan Kepala Desa Jerowaru, Guru Alim, Said Alkadri, Mamiq Ormat, dan Guru Alkalimin, adalah tokoh-tokoh yang paling berpengaruh di Jerowaru saat itu. Mereka telah mengadakan padepokan dan mempersiapkan perang baru untuk melawan kekuasaan Belanda. Belajar dari Perang Praya dan Peranan Said Alkadri didalamnya, Belanda tidak mau ambil resiko. Bila dibiarkan, dapat dipastikan akan meletus perang Jerowaru menentang Belanda karena Said Al Kadri yang diyakini sebagai anak cucu Rasulullah, masih dianggap sebagai tokoh sakral dikalangan masyarakat sasak. Belanda akhirnya menangkap Guru Alim, Guru Alkalimin, dan Mamiq Ormat. Sedangkan Said Alkadri berhasil meloloskan diri ke Sumbawa dengan menyamar sebagai penjual rotan.(wawancara dengan TGH Muhtar Said). Ketiganya kemudian diasingkan ke Batavia sekitar akhir tahun 1896, dan selanjutnya dikirim ke Aceh.

PRAHARA Digumi sasak bagian.4

Campur Tangan Belanda dan Keruntuhan Cakranegara.

Perang yang berkepanjangan dan merata di seluruh pulau lombok telah menjadikan penderitaan dimana-mana. Kelaparan dan penyakit telah menjadi pemandangan dan bagian dari kehidupan sehari-hari. Sementara itu tidak dapat diperkirakan kapan perang akan berakhir. Pengungsian terjadi dimana mana. Aturan hukum raja Bali sudah tidak bisa berlaku lagi. Hukum rimba berlaku dimana-mana. Setiap orang memjadikan dirinya sebagai pemimpin.

Kenyataan ini mendorong para pemimpin sasak untuk menyurati dan meminta campur tangan Belanda dalam penyelesaian konflik sasak dan pemerintah bali. Inisiatif berasal dari mamiq Mustiaji dari kopang yang didukung oleh mayoritas pemimpin sasak. Guru Semain, Mamiq Ocet Talip, Guru Alim, dan Said Abdullah menyatakan keberatannya karena mereka memandang dari sudut agama. Tapi mereka kalah suara.

Campur tangan militer belanda yang seolah-olah berpihak pada perjuangan Sasak mendapat simpati dimana-mana. Bersama pejuang sasak, belanda akhinya dapat menaklukkan Anak Agung dan pasukannya. Anak agumg menyerah pd tahun 1894.

Belanda medaratkan pasukannya dan mulai melakukan pembersihan di suatu sisi dan disisi lainya menanamkan simpati. Desa-desa Sasak yang berpengaruh pada saat itu diantaranya adalah Praya, Kopang, Masbagik, Rarang, Mantang, Pringgabaya, Sakra dan Jerowaru. Oleh pemerintah belanda Sakralah yang dianggap paling potensial ditonjolkan menjadi pemimpin sasak. Untuk alasan itu Sakra memperoleh keistimewaan yang tidak diperoleh desa-desa lainnya. Sebagai legitimasi atas kepemimpinan sasak tersebut, belanda menyusun silsilah Sakra. Silsilah tersebut ditonjolkan sebagai legitimasi Sakra sebagai penerus Pejanggik. Dengan demikian kepemimpinan Sakra dapat diterima oleh mayoritas rakyat Sasak dan dengan sendirinya Belanda tidak akan mendapatkan rintangan yang berarti dalam penguasaan Sasak (Diskusi dengan L. Faisal Kediri, April 2007)
Sikap politik Said Alkadri bersama Guru Alim sejak semula telah cenderung anti Belanda. Setelah Anak Agung runtuh, Guru Alim bersama Said Alkadri, Guru Alkalimin dari Paek, dan Mamiq Ormat dari Jerowaru membuat padepokan di sekitar Makam Tompoq-ompoq di pinggir laut selatan. Ditempat itu mereka melatih para pemuda Jerowaru dalam rangka mempersiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan.
Sementara itu di Praya diadakan beberapa kali pertemuan untuk membahas penulisan Babat Perang Praya. Dalam pertemuan itu Guru Alim meminta agar perjuangan Jerowaru tidak ditulis, sebagai bukti keikhlasan dalam ikut perang sabilillah.(Wawancara dengan alm. Fu’ad Tembeloq 1995) Peranan Jerowaru kemudian tidak banyak terekam dalam babat tersebut. Guru Alim sendiri tercatat dengan nama Guru Kalimah dari Jerowaru.(ket. Am. Sitirah)

PRAHARA digumi sasak bagian.3

Kesalahpahaman dan Insiden Penyabukan.

Beberapa hari setelah meletusnya perang Anak Agung mendapatkan tambahan pasukan dari Mataram. Posisi Praya mulai terdesak. Tuan Serip bersama beberapa keluarga Praya berkeliling ke desa-desa Soroh Timuq untuk mengkonsolidasikan pasukan dari desa-esa yang telah sepakat mendukung Praya. Diriwayatkan bahwa pada suatu malam, Guru Alim kedatangan dua orang tamu dari keluarga Praya dalam rangka membicarakan situasi dan strategi perang. Keesokan harinya pagi-pagi benar keduanya melanjutkan perjalanan ke Jerowaru. Disuatu tempat di pesawahan penyabukan mereka bertemu dengan beberapa penyanggre yang bertugas memintai keterangan orang-orang asing yang memasuki wilayah Jerowaru. Sebagai upaya pengamanan Pada waktu itu telah disepakati awig-awig yang menentukan bahwa setiap orang asing yang memasuki Jerowaru harus dilucuti senjatanya. Ketika kedua orang tamu dari Praya tersebut akan dilucuti senjatanya, mereka menolak karena itu senjata pusaka. Senjata itu berupa sebelah keris pusaka ingkel paksi, ganje iras, luk dungkul, pamor sure. Selain itu mereka juga merasa tidak menjadi musuh Jerowaru. Tetapi karena keduanya tidak dapat menujukkan bukti tertulis dari Guru Alim atau pengiring yang menjamin keselamatan mereka, para penyanggre bersikeras melucutinya. Kesalahpahaman tersebut berakhir dengan pertarungan.
Dalam pertarungan tersebut beberapa penyanggre terbunuh. Segera tersiar kabar bahwa musuh telah sampai di penyabukan dan telah berhasil membunuh para penyanggre. Dengan tulup pusaka dari pengampong, Amaq Jap pemimpin Lepok berhasil mebunuh kedua tamu yang mengamuk tersebut.
Berita tentang peristiwa tersebut membuat Guru Alim menjadi sangat prihatin. Beberapa utusan segera dikirim ke Praya untuk menyampaikan berita duka. Karena situasi perang yang tak menentu para utusan tidak berkesempatan menjelaskan rincian kejadian tersebut. Dari sebagian kalangan keluarga Praya terdengar isu seolah-olah Guru Alimlah yang memerintahkan pembunuhan tersebut. (Ket. Alm. TGH. L. Faisal Praya sebagai ahli waris, seperti yang diceritakan Am. Maroan dari Penendem saat klarifikasi permasalahan dengan keluarga Praya pada tahun 2003 di Praya). Kedua tamu tersebut kemudian dimakamkan di pekuburan Kuang.

PRAHARA Digumi sasak bagian.2

Keadaan Jerowaru Menjelang Perang Praya (1891M)

Menurut penuturan orang-orang tua, Wilayah Jerowaru saat itu meliputi hampir semua wilayah kecamatan Keruak dan Jerowaru saat ini, ditambah wilayah kecamatan Sakra bagian selatan. Disebelah utara sampai perbatasan antara Montong Galeng dan Montong Tengari, dan disebelah barat sampai pantai Awang.
Seperti halnya desa-desa lain di pulau Lombok, Jerowaru dipimpin oleh seorang kepala desa yang secara langsung bertanggungjawab kepada raja Anak Agung di Cakranegara. Semenjak Kedatuan Pena masih eksis, kepemimpinan Jerowaru dipegang oleh keluarga Guru Alim secara turun temurun. Setelah Pena runtuh dan kekuasaan raja Bali dipegang oleh Anak Agung Made, kepemimpinan Jerowaru berpindah ke Daeng Masje dari keturunan Sumbawa. Perpindahan ini konon disebabkan karena keengganan mereka untuk maturang kepada Anak Agung yang semakin tidak mempedulikan nasib rakyat Sasak. Selanjutnya segala urusan dengan raja Bali diserahkan kepada Daeng Masje yang saat itu menjadi petugas yang mengantar surat – surat penting ke Cakranegara. Anak Agung kemudian mengakuinya sebagai kepala desa Jerowaru. Daeng Masje kemudian digantikan oleh anaknya Lalu Sinudin yang dikenal dengan sebutan Jero Ocet.
Pada masa kepemimpinan Jero Ocet inilah, hubungan Anak Agung dan Jerowaru menjadi sangat dekat. Menurut Babat Mengwi Praya, ketika terjadi pemberontakan Mengwi terhadap karangasem di pulau Bali, para punggawa Jerowaru dan sakra sebanyak 300 orang, Tanjungluar, Pijot, dan Peleba sebanyak 200 orang hendak dikirim ke Pulau Bali untuk membantu pasukan karangasem menumpas pemberontakan mengwi. Mereka dibawah pimpinan pembekel Bali Ide Bagus Jelantik. (Babat Mengwi Praya hal 80) Karena jumlah perahu jemputan dari Karangasem hanya satu, maka hanya tiga desa yang jadi dikirim yaitu Jerowaru, Tanjungluar dibawah pimpinan Loq Tambora, dan Bali Mendana. Jumlah mereka tercatat sebanyak 100 orang.
Di Mendana sendiri diceritakan terdapat perkampungan Bali. Disana berdiam seorang pembekel Bali bernama Ida Bagus Jelantik.

Setelah meletus perang Praya, Jerowaru terbelah dua dan terjadi dualisme kepemimpinan. Sebagian wilayah Jerowaru yang masih setia kepada Anak Agung tetap mengakui Jero Ocet sebagai kepala Desa. Sedangkan yang mendukung Praya menganggap Guru Alim sebagai Pemimpin mereka. Dualisme kepemimpinan ini seringkali menimbulkan konflik kebijakan antar Jero Ocet dan Guru Alim.
Ketika Jero ocet memerintahkan hukuman mati terhadap beberapa penduduk Jerowaru yang dituduh selaq, Guru Alim menentang dan membatalkan hukuman tersebut, bahkan menjamin bahwa para terhukum sebenarnya tidak bersalah, tapi hanya sekedar alasan untuk menguasai harta benda mereka, karena rata-rata para terhukum memiliki sawah yang luas. Sikap Guru Alim semacam itu jelas membatasi kewenangan kepala desa dan dalam banyak hal menjadi penghambat pelaksanaan kebijakan.
Karena kepala Desa Jerowaru dan penduduk desa masih banyak yang setia kepada Raja Bali. Untuk kelancaran persiapan perang, Guru Alim kemudian Pindah dan menetap di sebuah perkampungan sebelah utara Jerowaru yang kemudian dikenal dengan Penendem.
Dalam perkembangan selanjutnya, Penendem menjadi pusat pertahanan Jerowaru yang sekaligus sebagai padepokan yang menjadi titik pemberangkatan pasukan ke Praya. Menurut cerita-cerita orang tua, Pasukan dari desa-desa soroh timuq lainya ke utara meliputi Sakra Barat Mesjid, Kalitemu, sampai Kilang Montok Betok yang menuju Praya diberangkatkan dari Penendem oleh Guru Alim. Konon efek magis pemberangkatan tersebut baru terasa sekitar satu kilometer sebelah barat penendem, dan dari sana para pasukan mulai ngumbang. Tempat tersebut sampai sekarang disebut Pengombang.
Dalam perang Praya tersebut tercatat tokoh-tokoh Jerowaru seperti Tuan Suliwang dari Wakan Tinggi, Bp Kebejin dari Sepapan, dan Amaq Gancang dari Pengampong. Mereka dikenang sebagai perwira tangguh yang menyertai Guru Alim. Tuan Suliwang dikenal dalam keahliannya membuat pedang dan merakit senapan lela. Dalam hal peperangan, Guru alim tidak hanya sebagai pemimpin, tetapi juga difungsikan sebagai tokoh spiritual yang memberangkatkan semua pasukan dan membekali mereka dengan berbagai alat pertahanan diri seperti sabuk jimat Sapudarat, minyak Toaq Tembeloq Ampan Lolat, dan bubus perang Bale Siu. Konon bubus perang tersebut diracik husus untuk menangkal senjata lontar seperti peluru bedil, ketapel dan tulup. Diriwayatkan bahwa bubus perang tersebut juga dibawa ke Praya. Ketika pasukan akan berangkat dari Praya, bubus tersebut direndam di telaga mesjid dan orang-orang yang akan berangkat perang diminta mandi terlabih dahulu untuk membentengi diri.
Diriwayatkan bahwa di medan perang Guru Alim tidak menggunakan pedang, tombak atau bedil. Beliau hanya menggunakan lempengan besi tumpul sepanjang satu meter mirip pedang. Ketika akan berangkat ke Praya lempengan tersebut diikatkan pada tapak tangan dengan tali benang untuk mencegah lepasnya dari tangan ketika mengamuk. Dan untuk membukanya setelah pulang, tangan harus direndam dengan air hangat terlebih dahulu untuk membersihkan darah musuh yang telah membeku. Baru tali pengikat pedang bisa dibuka. Sebagai kendaraan beliau menggunakan seekor kuda yang dijuluki Barong Tengkok.
Sebagai simbol kelanjutan dari perang Pena sebelumnya, Guru alim mengambil batu yang biasa dipergunakan sebagai penggiling bubus perang datu Pena dan menanamnya di sebuah tempat yang kemudian dikenal sebagai tempat pinendeman (pemendaman) batu, yang konon dari istilah tersebut diperkirakan kata Penendem muncul. Sampai sekarang batu tersebut masih dipergunakan untuk keperluan keperluan sejenis.
Kampung-kampung yang tercatat terlibat dalam perang Praya dibawah pimpinan Guru Alim di wilayah Jerowaru meliputi Sepapan dibawah pimpinan Bapak Kebejin, Wakan dibawah pimpinan Tuan Suliwang, Pengampong dibawah pimpinan Amaq Gancang. Sedangkan para keluarga dan sahabat dari kampung-kampung lain yang mayoritas penduduknya masih setia kepada Anak Agung seperti Senyiur, Mendana, Jerowaru, Paek, dan sebagainya ikut bergabung secara diam-diam dan sendiri sendiri.
Menurut penuturan orang tua, Selain Guru Alim, peranan Balok Syarifah istrinya tak kalah penting. Baloq Syarifah memimpin para wanita mempersiapkan perbekalan perang berupa konsumsi. Selain itu bila Guru Alim sedang berada di garis depan, beliaulah yang menggantikannya memberangkatkan pasukan. Sekali waktu beliau juga diceritakan ikut pasukan perang ke Praya.
Selama Perang Praya berlangsung, tercatat hanya satu orang korban meninggal dari pasukan Jerowaru. Konon ketika akan diberangkatkan, semua anggota pasukan ditilik terlebih dahulu dengan ilmu tilik perang. Setelah melakukan upacara tertentu, konon Guru Alim dapat mendeteksi siapa saja yang bakal mendapat musibah. Karena itu mereka tidak diijinkan untuk ikut berangkat perang. Salah seorang pemuda yang yang terdeteksi akan mendapat musibah secara diam-diam telah ikut berangkat ke Praya. Pemuda tersebut akhirnya menjadi korban perang satu-satunya dari pihak Jerowaru. Jenazahnya dikuburkan di dekat rumah Guru Alim. 
Pada saat Pasukan Praya terdesak dan sebagian Praya dapat dikuasai, Pasukan Bali bersama pemating bergerak ketimur dan menjarah desa-desa yang dilaluinya. Para penduduk desa terdekat seperti Semoyang, dan Ganti mengugsi kedaerah2 yang lebih aman, terututama ke wilayah Penendem. Banyak diantara mereka yang mati karena kelaparan dan penyakit dan dikuburkan disana. Sampai saat ini di Pekuburan Penendem dan disekitarnya banyak ditemukan kuburan orang-orang Ganti, Semoyang dan Marong. Bahkan di penendem terdapat sebuah pekuburan pengungsi perang yang sampai saat ini disebut Kubur Semoyang.
Suatu saat Pasukan Bali bersama Pemating berhasil menembus sampai di eat Longkang, sebelah barat Penendem. Saat itu di rumah Guru Alim sedang berlangsung pesta pernikahan adiknya. Pesta dihadiri oleh keluarga dan sahabat dari berbagai penjuru desa sampai ke Lombok Barat. Laporan tentang kehadiran musuh tersebut disampaikan oleh para penyanggre yang berjaga-jaga di Bagiq Polak. Para penyanggre ini memantau kehadiran musuh dari atas pohon asam. Konon pernah ada seorang penyanggre yang terjatuh dari pohon sampai polak (patah tulang) sehingga tempat tersebut kemudian disebut Bagiq Polak.
Pesta perkawinan berubah menjadi pesta perang. Guru Alim bersama seluruh tamu undangan menahan laju musuh di sebelah timur eat. Pertempuran sengit tak bisa dielakkan. Pasukan Bali terdesak dan menyingkir masuk padang ilalang di sebelah utara Longkang. Mereka berupaya agar bisa tembus ke timur untuk mencapai Mendana. Guru Alim memerintahkan membakar padang ilalang tersebut. Sebagian pasukan Bali dan Pemating terperangkap di tengah padang dan mati terpanggang. Sebagian lagi mundur dan melarikan diri.
Perang Praya telah menyulut peperangan diseluruh desa di pulau Lombok. Selain yang bergabung dengan pasukan praya menghadapi pasukan Bali dan Pematingnya, di masing - masing desa berkecamuk peperangan yang menggempur para perbekel Bali bersama keluarga dan pengikutnya. Pasukan dibawah pimpinan Guru Alim menyerbu mendana. Ida Bagus Jelantik dan keluarganya berhasil menyelamatkan diri ke Jerowaru, dan atas bantuan kepala desa jerowaru selanjutnya mengungsi ke Cakranegara melalui kawasan hutan sekaroh.

PRAHARA digumi sasak bagian 1

Pada malamnya Haji Yasin dan Haji Dolah datang kepada Guru Semail. Mereka diberitahu dan dimintai pendapat mengenai rencana penyerangan keesokan harinya. Keduanya mempertanyakan jumlah desa-desa yang akan ikut terlibat. Guru semail menjawab berdasarkan informasi yang disampaikan Tuan Syarif bahwa soroh timuq (desa-desa disebelah timur Praya seperti Jerowaru – Penendem), Sakra, masbagik dan Rarang) telah menyatakan kesediaannya untuk terlibat.
Guru Semail menambahkan bahwa Jerowaru dan Pijot akan ikut menyerang puri Raja Bali di Cakranegara. Begitu Juga dengan Puyumg, Kopang, Batukliang, Penujak, Jenggala, Jelantik, Sukarara dan Kediri. Semuanya telah sepakat untuk ikut serta. Mereka akan menggempur Cakra dengan menembus pasukan Raja Bali di sebelah timur Juring. Guru Semail juga menyampaikan saran Tuan Syarif agar penyrangan disegerakan.
Nampaknya Haji Yasin masih belum yakin dengan informasi Guru Semail. Ia mempertanyakan apakah sudah ada ketrangan tertulis dari masing-masing desa tersebut karena banyak desa yang belum mengenal Sayid Abdullah. Guru Semail menegaskan bahwa sampai saat itu belum ada keterangant dimaksud, dan informasi dari Tuan Serip sudah dianggap mencukupi.
Haji Yasin kemudian menilai bahwa informasi itu saja belum cukup. Ia berpendapat bahwa penyerangan akan berakibat pada kesulitan besar dikemudian hari yang ditanggapi singkat oleh Guru Semail. Guru Semail menegaskan bahwa hukumnya sudah wajib. Andaikan tak ada yang mendukung, sendirianpun beliau tidak akan mengurungkan niatnya untuk perang sabil berdasarkan fatwa Tuan Serip. Tuan Serip adalah anak cucu Rasulullah, karena itu Haram bagi beliau untuk mengurungkan niatnya.
Mendapat tanggapan yang demikian itu Haji Yasin dan Haji Dolah melanjutkan perjalanannya ke Penujak. Sebelum berangkat sekali lagi Haji Yasin meminta ketegasan dari Guru Semail. Guru Semail memperingatkan Haji Yasin agar menghentikan komentarnya karena disekitar ada mata-mata orang Bali yang menyamar menjadi utusan Anak Agung untuk minta tenaga pengayah.
Melalui Haji Yasin, berita mengenai rencana penyerangan Guru Semail sampai kepada Mamiq Sapian, seorang pemekel Raja Bali di Praya. Selain itu berita juga telah menyebar ke seluruh pelosok Praya yang menyebabkan berbondong-bondongnya para pemuka Praya mendatangi Mamiq Sapian. Mereka meminta kejelasan sikap Mamiq Sapian terhadap rencana penyerangan tersebut. Dalam kesempatan tersebut Mamiq Sapian menyampaikan pandangannya. Menurutnya, apabila tidak terlibat, sejarah akan mengenangnya sepanjang masa sebagai pengecut. Mamiq Sapian menyatakan ketegasan sikapnya untuk bersama-sama dengan Guru Semail. Beliau kemudian menanyakan sikap yang hadir. Semua yang hadir menyatakan diri akan ikut serta dengan pertimbangan kalaupun mereka berdiam diri, mereka tidak akan luput dari dikirim ke tempat yang sangat jauh ke pulau Bali sebagai pasukan raja Bali. Untuk itu mereka menyatakan lebih baik bersama-sama hancur bersama pimpinan mereka. Mendengar jawaban yang seperti itu Mamiq Sapian menyatakan kepuasannya dan meminta mereka pulang dan mempersiapkan diri. Sebab, besok perang akan dimulai.
Keesokan harinya, sebelum hari petang, pasukan Praya mulai bergerak menuju Cakra. Sementara itu, berita mengenai rencana penyerangan oleh Praya telah sampai ke Anak Agung melalui salah seorang premamiq yang tidak ikut berperang. Konon ia langsung menghadap Anak Agung dan menyampaikan berita tersebut. Pasukan Bali bersama Pemating Selam segera dipersiapkan. Dibawah pimpinan Anak Agung Made Jelantik, pasukan raja berangkat ke Praya melalui Bengkel dan Kediri.
Ketika pasukan Praya sampai di Puyung, mereka tidak diijinkan memasuki desa. Puyung ingkar janji untuk ikut berperang. Pasukan akhirnya terus bergerak ke barat melalui luar desa. Di Pakukeling kedua pasukan bertemu dan pertempuran sengit tak bisa dihindarkan lagi. Pertembpuran berkecamuk sampai Kediri Timuq Jebak. Pasukan praya dapat dipukul mundur dan Raja Anak Agung bertahan di Puyung.
Sementara itu Tuan Serip berkeliling ke desa-desa, terutama ke desa-desa sorohan timuk, seperti Jerowaru, dan Sakra untuk menyampaikan kabar Congah Praya.