Saturday, October 26, 2013

ASAL USUL PENGHUNI GUMI SASAK


Berdasarkan hasil temuan arkeologis menjelaskan bahwa, manusia purba di Indonesia adalah jenis Homo sapiens. Homo sapiens yang bermukim di Indonesia adalah dua ras yaitu
  1. Ras Mongoloid, khusus sub ras Melayu-Indonesia, tersebar di sebagain besar wilayah Indonesia terutama Indonesia yang terletak di bagian Barat dan Selatan antara lain Sumatera, Jawa, Bali, dan Lombok
  2. Ras Austromelanesoid, tersebar di wilayah Indonesia bagian timur terutama Irian Jaya dan pulau-pulau sekitarnya
Dengan demikian, sebagaimana suku-suku lainnya di Indonesia, maka penghuni suku di pulau Lombok berasal dari Asia Tenggara. Adapun kemudian penduduk pendatang berasal dari Bali, Sulawesi Selatan, Jawa, Kalimantan, Sumatera, Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
Nenek moyang kita menyusuri lembah-lembah sungai di Vietnam dan Thailand sampai di Semenanjung Malaya. Kemudian dengan menggunakan perahu bercadik mereka datang ke Nusantara mendarat di Sumatera, Jawa, Kalimantan  Barat, Bali,  Nusa Tenggara termasuk Lombok sampai ke Flores dan Sulawesi Selatan.
Penemuan Gunung Piring
 Gerabah Gunung Piring
 Hasil penemuan arkeologis di Gunung Piring,  desa Truwai Kecamatan Pujut, Lombok Selatan oleh proyek penggalian dan penelitian purbakala Jakarta tahun 1976 adalah periuk utuh, kereweng, kerangka manusia, sisa kulit kerang, arang, fragmen logam dan binatang.
Dari hasil  tersebut , disimpulkan  bahwa   kira-kira  pada akhir zaman  perunggu,   enam  abad  yang  lalu   pulau  Lombok bagian Selatan telah  dihuni  oleh  sekelompok  manusia  yang   sama  kebudayaannya dengan penduduk ; (1) penduduk di Vietnam Selatan di Gua Tabon dan Gua Sasak, (2) penduduk di pulau Pallawan-Filipina, (3) penduduk di Gilimanuk Bali, (4) penduduk di Malielo-Sumba. Menurut Drs.M.M. Sukarto dan Prof Solheim, guru besar di Universitas Hawai, kebudayaan mereka di Gunung Piring itu termasuk ke dalam Shan Huyn Kalanny Tradition.
Bagian Selatan telah  dihuni  oleh  sekelompok  manusia  yang   sama  kebudayaannya dengan penduduk ; (1) penduduk di Vietnam Selatan di Gua Tabon dan Gua Sasak, (2) penduduk di pulau Pallawan-Filipina, (3) penduduk di Gilimanuk Bali, (4) Penduduk di Malielo-Sumba. Menurut Drs.M.M. Sukarto dan Prof Solheim, guru besar di Universitas Hawai, kebudayaan mereka di Gunung Piring itu termasuk ke dalam Shan Huyn Kalanny Tradition.
 Pada zaman dahulu nenek moyang kita hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mengumpulkan bahan makanan dari hewan dan tumbuhan. Masa seperti ini di sebut dengan masa meramu. Nenek moyang kita yang tinggal di daerah Belongas, Sekaroh dan sekitarnya mulai bercocok tanam sehingga pada saat ini daerah tersebut kurang subur itu sebabnya daerah Belongas, Sekaroh dan sekitarnya sekarang ini banyak di tumbuhi semak belukar. Kehidupan nenek moyang kita pada saat itu sudah mulai menetap (bertempat tinggal) secara berkelompok.
Dengan demikian, hidupnya sudah lebih teratur dan membentuk pemimpin-pemimpin di tempat tinggalnya. Pemukiman masyarakat zaman prasejarah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
sasak
  1. Pemukiman di Daerah Pesisir Pantai.
Nenek moyang kita yang tinggal di pesisir pantai mengambil makanan dari pantai dan laut. Bukti tentang keberadaannya adanya alat yang ditemukan seperti jaring (kerakat), alat penangkap cumi-cumi, adanya sisa kerang
  2. Pemukiman di Daerah Pedalaman

Nenek moyang kita yang tinggal di daerah pedalaman (hutan) mengambil bahan  makanannya  dari  hutan  maupun  sungai-sungai yang ada di dalam hutan. Adapun jenis alat yang telah ditemukan dan kini disimpan di Museum NTB yaitu alat-alat berburu seperti tombak, iwus, jaring, kodong ipin untuk menangkap udang, kodong lindung  untuk menangkap belut dan sebagainya.

KEHIDUPAN NENEK MOYANG SUKU SASAK

Salah satu petunjuk tentang kehidupan nenek moyang  dimasa lampau  adalah peninggalan, termasuk peninggalan berupa jejak yang dapat diamati pada bentangan alam. Kebiasaan hidup nenek moyang kita pada masa itu adalah berpindah- pindah dengan mata pencaharian utama adalah berburu dan meramu. Kemudian pada tahap selanjutnya nenek moyang kita hidup secara berkelompok dan membentuk pemimpin -pemimpin di tempat tinggalnya.
Pemukiman nenek moyang kita pada masa prasejarah dibagi menjadi dua yaitu pemukiman di daerah pantai dan pemukiman di daerah pedalaman.

  1. Pemukiman nenek moyang kita di daerah pesisir pantai mengambil makanan dari hasil laut. Bukti tentang keberadaannya ialah ditemukannya peralatan seperti jaring (kerakat), alat penangkap cumi-cumi, adanya sisi kerang .
  2. Pemukiman di daerah pedalaman ditandai dengan ditemukannya alat-alat berburu seperti tombak, jaring, kodong ipin (alat untuk menangkap udang), Kodong lindung, dan sebagainya.gambar sasak
Nenek moyang kita yang tinggal di pedalaman mengambil bahan makanan dari hutan maupun sungai-sungai yang ada di sekitarnya. Berita tentang hidup dan kehidupan nenek moyang kita dapat ditemukan dalam bentuk penuturan berantai secara turun temurun itu sebabnya dikatakan zaman prasejarah, karena pada waktu itu nenek moyang kita belum mengenal tulisan. Zaman ketika nenek moyang kita sudah mengenal huruf dan tulisan disebut zaman sejarah.
Menurut Lalu Wacana, untuk mengetahui tentang kehidupan nenek moyang kita pada masa lampau, kita dapatkan dari sumber informasi seperti

  1. cerita-cerita rakyat
  2. babad lontar
  3. peninggalan-peningalan berupa makam dan masjid tua
  4. hasil penemuan Gunung Piring
Banyak hal dapat dijelaskan dari situs-situs peninggalan di pulau Lombok, akan tetapi penelitian ke arah itu masih sangat kurang seperti situs Gunung Piring, penemuan arca Budha Awalokiteswara, penemuan Genta di Pendua maupun benda-benda yang masih tersimpan dan dipegang oleh para pewaris.

SASAK KUNO


A.   Hubungan Gumi Sasak dengan Dunia Luar
untitledUntuk mengetahui tentang pengaruh  luar di Gumi Sasak dapat ditelusuri dari temuan benda-benda purbakala. Menurut V.J. Herman,  bahwa benda-benda hasil temuan merupakan kekayaan budaya material yang dapat menggambarkan tentang aktivitas dan  kreativitas  kehidupan  masa  lalu.   Oleh sebab itu,  penemuan-penemuan benda yang merupakan produksi luar menunjukkan hubungan Lombok dengan daerah luar.
 Pada akhir zaman prasejarah masyarakat di Indonesia telah mulai mengenal kehidupan secara teratur. Nenek moyang kita melakukan hubungan dengan dunia luar berbagai peralatan semakin berkembang dengan adanya saling tukar menukar barang, mulai dari perhiasan untuk melengkapi kebutuhan hidup  sehari-hari. Dalam situasi yang demikian nenek moyang kita menerima pengaruh Hindu-Budha. Pengaruh  agama Budha telah dapat diketahui sejak awal keberadaan kerajaan di Indonesia seperi Kutai, Tarumanegara dan Sriwijaya.
B. Pengaruh Budha Hindu
Gumi Sasak disebutkan pada saat kerajaan Sriwijaya berkuasa wilayahnya meliputi : Sin-to (Sunda), yang berbatasan dengan Yong-ya-lu (Jenggala), Batas Su-chi-ton (Sriwijaya), adalah Suito. Disamping kekuasaan Yong-ya-lu juga Ta-ban (Tumapel), Po-hu-yuan, Ma-teng (Medang), Hsi-ning (?), Teng-che, Ta-kang, Huan-ma-chu, Ma-li (Bali) Niu-lun (Lombok), Tan-jung-wu-lo (Tanjung Pura-Kalimantan), ti-wu (Timor), Peng-ya-i (Banggai, Sulawesi), Wa-nu-ku (Maluku)
Bukti adanya pengaruh agama Budha di Gumi Sasak adalah :
  1. Temuan 4 (empat) buah arca Budha dari perunggu pada tahun 1960 di Lombok Timur tepatnya di Batu Pandang, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur. Keempat patung Budha tersebut kini disimpan di Museum Nasional Jakarta.  Dua  di  antara  patung  tersebut  dikenal sebagai Tara dan Awalokiteswara. Menurut Dr. Soekmono, satu di antaranya mirip dengan patung Budha yang terdapat di Candi Borobudur.
  2. Penemuan sebuah Genta di Pendua, Desa Sesait,  Kecamatan  Gangga  Lombok  Barat.   Genta   yang  ditemukan terbuat dari perunggu,      bentuknya     menyerupai   stupa     dengan       bagian  tangkai bagian atas diberi hias Wajra berujung lima. Wajra adalah tanda Dewa Indra   atau tanda pendeta Budha.
Pengaruh dari kerajaan Majapahit yang beragama Hindu tertulis  dalam  kitab  Kertagama  karya  Pujangga  Mpu Prapanca, nama pulau Lombok disebutnya dalam Sarga XIII dan XIV dengan perincian sebagai berikut : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaya, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Irian Jaya. Sesudah gurun maka sampailah kita ke daerah pulau Lombok Mirah Sasak yang utama.
Dengan demikian pengaruh agama Hindu berkembang juga di Lombok, banyak masyarakat di Lombok yang memeluk agama Hindu. Bukti bahwa di Gumi Sasak mendapat pengaruh dari Kerajaan Majapahit sebagai penganut agama Hindu adalah  :
  1. Temuan Arca Siwa Mahadewa Tahun 1950, di Batu Pandang, Desa Sapit Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur.  Arca tersebut bergaya  Jawa  Tengahan  abad  IX.
  2. Kemudian tradisi masyarakat Pujut mengatakan tentang asal usul nenek moyangnya dari Majapahit yaitu Raden Mas Mulia.

Di  Klungkung,  Bali  Mas   Mulia  kawin  dengan  Putri  Dewa Agung Putu Alit bernama Dewi Mas Ayu Supraba. Dari Bali, Mas Mulia disertai 17 keluarga berangkat menuju Lombok dan menetap di Pujut.