Monday, August 12, 2013

Sejarah dan filosofi ketupat

Add caption
Sejarah Dan Filosofi Ketupat--------------------------------

Mendengar kata ketupat, maka akan kita temui versi yang beragam, dari menu ketupat opor, operasi ketupat lalu lintas hingga festival perang ketupat …
Namun sejatinya, ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara maritim berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa yang masih muda. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Brunei, Singapura dan di Filipina.
Berikut berbagai macam sebutannya dari berbagai macam suku:




BAHASA SASAK : TOPAT 
bahasa Bali: tipat
bahasa Banjar: katupat
bahasa Betawi: tupat
bahasa Cebu: puso
bahasa Filipino: bugnoy
bahasa Jawa: kupat
bahasa Kapampangan: patupat
bahasa Makassar: katupa’
bahasa Melayu/Indonesia: ketupat
bahasa Sunda: kupat
bahasa Tausug: ta’mu
bahasa Tolitoli: kasipat
bahasa Minangkabau: katupek
bahasa madura: ketopak
bahasa Gorontalo: atupato
bahasa Angkola : Katupat

Macam ketupat juga beraneka ragam bentuknya, mulai dari yang imut, lucu hingga yang sophisticated dan rumit, namun ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut 7 lebih umum dan jajaran genjang bersudut 6 yang masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda.

Untuk membuat ketupat, kita perlu daun kelapa yang masih muda, bungkus ketupat yang dianyam menjadi sebuah wadah. Setelah itu, isi ketupat dengan beras yang sudah dicuci bersih dengan ukuran dua pertiga bagian dari volume bungkus ketupat. Setelah itu, masak selama 3 jam atau lebih sampai benar-benar masak. 

Cara memasakpun menurut selera, desa mawa cara, lain tempat lain pula cara memasak dan penyajiannya, ada yang sebelum di gunakan, daunnya di rendam semalaman terlebih dahulu supaya jika di rebus nanti warnanya tidak keruh atau mangkak, dsb. Ketupat yang sudah masak ditiriskan, lalu diangin-anginkan, Ketupat yang betul-betul sudah masak biasanya tahan sampai 2 hari. Setelah itu, bisa dikukus lagi agar tidak basi.

Dan ketupatpun sudah siap untuk kita kreasikan menjadi berbagai macam hidangan lezat beserta pelengkapnya, seperti sayur labu siam, sambal goreng kentang, sate telur puyuh, opor ayam, rendang daging, taburan koya kerupuk, dsb. Semuanya tergantung selera masing-masing serta mencerminkan ciri khas dari mana tempat asal daerahnya berada.

Menelusuri jejak ketupat memang unik dan menyenangkan, belum tahu persis siapa pencipta awal mula ketupat ini, jika melihat fakta kebudayaan Jawa sebagai pusat episentrum budaya, maka tak salah jika ia berasal dari tanah air, hasil kreasi asli anak bangsa, sehingga ia bisa menyebar menjadi hidangan khas asia tenggara.

Jika kita runut menurut tradisi dan budaya di tanah air, Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan Hari Raya. lalu apakah ketupat hanya identik dengan hari raya terutama Lebaran saja?…

Kalau kita googling hampir 99% menyatakan demikian, tidak ada satupun yang mengupas ‘peradaban’ ketupat ini secara netral dan seimbang. Ada satu hal yang menurut saya masih kurang tepat atau mungkin kurang komplit infonya, bahwa di katakan ada sejak di perkenalkan oleh Sunan Kalijaga untuk mensyiarkan agama islam itu memang benar, karena beliau memadukan antara budaya setempat dengan agama islam. 

namun masyarakat Jawa sebelum kedatangan islam, jauh sebelumnya nusantara sudah akrab dengan hidangan yang bernama ketupat atau tipat atau apapun nama sebutannya, bahkan bukan tidak mungkin ketupat sudah ada sebelum asimilasi agama Hindu.

Kita masih bisa melacak jejak ketupat di Bali, yang mewarisi peninggalan budaya Majapahit dan saat ini masih tetap teguh menjaga aset leluhur nusantara, dimana tipat ini banyak di jumpai sehari-hari, baik untuk menu hidangan, jajanan khas pedagang warung kaki lima seperti rujak tipat catok, tipat sayur, tipat tahu, bakso dan soto tipat.

Di pulau Bali, tipat juga sering dipersembahkan sebagai sesajian uborampe upacara, mereka menggabungkan antara agama Hindu dan budaya Jawa, daun kulit kelapa yang masih muda di bentuk beraneka ragam yang melambangkan simbol ritual acara persembahyangan yang memiliki makna filosofis yang mendalam untuk jagad mikrokosmik dan makrokosmik.

Di Jawa, tradisi ketupat (kupat) lebaran menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa ku = ngaku (mengakui) dan pat =lepat (kesalahan) yang digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam mensyiarkan ajaran Islam di Pulau Jawa.

Asilmilasi budaya dan keyakinan ini akhirnya mampu menggeser kesakralan ketupat menjadi tradisi Islami ketika ketupat menjadi makanan yang selalu ada di saat umat Islam merayakan lebaran sebagai momen yang tepat untuk saling meminta maaf dan mengakui kesalahan.

Kalau direka-reka, bentuk ketupat itu serupa dengan bentuk hati. Konon, rumitnya anyaman yang membungkus ketupat merupakan simbol berbagai kompleksitas manusia yang membungkus hati kita 

Kita seharusnya tidak mengeklaim peradaban budaya secara sepihak, itu sama sekali tidak mendidik generasi masa kini, karena ia telah menjadi bagian budaya lintas ras, suku dan agama. dan ia hadir untuk mengingatkan betapa mulia dan bijaksana leluhur bangsa ini…

Jadi tidak benar bukan, kalau hidangan menu ketupat ini hanya populer sejak tahun 1400, karena jauh sebelumnya masyarakat nusantara sudahlah akrab dengan hidangan yang satu ini. Dan apapun itu semoga sejarah, filosofi dan tradisi ketupat mampu menjembatani keaneragaman budaya serta mempersatukan kultur yang berbeda…..


SERBA SERBI GUMI SASAK

Mengucapkan selamat hari raya Idul fitri 1434 hijriah

اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدِ

مِنَ العَاءِدِيْنَ وَ الفَاءِزِيْنَ

No comments:

Post a Comment